Tenggang menuju pemilihan umum (pemilu) semakin rapat. Kemeriahan
kosong itu muncul sebagaimana mayat-mayat di pemakaman tua yang
dibangkitkan kembali. Karakternya tetap sama seperti yang silam. Namun
kemasannya keriput dan compang-camping. Pemilu tinggallah ampas saja.
Tak lebih dari sekedar mayat politik. Roh yang dianggap sebagai gagasan
telah menguap entah ke mana.
Banyak hal yang tiba-tiba muncul begitu saja. Masyarakat dipaksa
bernostalgia pada kebisingan pemilu yang sia-sia. Mulai dari spanduk di
jalur protokol dan yang dipaku di...