Urban Protest Against Fuel Price Hike

Planting seeds reversing the city walls

Combing Into Jogja

Spend the twilight alone

Carnaval Music Patrol XII Jember

Sabtu malam, sampai senin dini hari (28-29/07), Carnaval Music Patrol (CPM) merupakan sebentuk usaha untuk melestarikan kesenian tradisi yang mulai meredup eksistensinya karena tergeser oleh arus modernisasi. Kegiatan CMP XII ini, diselenggarakan kesekian kalinya, oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Universitas Jember (UKMK UJ).

Abrasi di Bibir Papuma

Jember (13/01) dini hari beberapa teman mencari nasi menyisir warung, mereka berjalan pelan-pelan lewat belakang warung.

Berdagang di Pasar Tradisional

Para pedagang di Pasar Tanjung Jember yang memulai aktivitasnya dini hari.

Minggu, 29 Januari 2012

Pulang

Apa yang kalian rindukan dari kepulangan. Atau mungkin yang seharusnya disebut sebagai kepergian. Pernahkan kita memikirkan, mengapa rindu rumah? Sebenarnya apa yang kita rindukan dari sebuah rumah. Kenyamanan yang membuat kita semakin merdeka sebagai spesies manja. Atau kasih sayang orang tua yang berlebihan itu. Entah kita sadar atau tidak, jika kita adalah mahasiswa. Ya, suatu elemen dalam masyarakat yang sekaligus terpisah dari masyarakat itu sendiri. Ah, tapi saya hanya ingin bercerita sedikit tentang perjalanan.

Saya memang tidak terlalu suka dengan perjalanan. Pernah suatu hari seorang teman dari Zine personal; Halimun, meminta tulisan saya tentang perjalanan liburan ketika lebaran. Ya, saya tetap menulis. Setelah tulisan itu dilayout, saya baru tahu jika menjadi satu-satunya sosok liyan yang membenci (baca: tidak terlalu suka) perjalanan. Bagaimana tidak, yang saya tulis hanya seputar, jam berapa bangun, baca buku apa, setelah itu hari berganti. Dan di hari berikutnya terjadi pengulangan cerita yang begitu lagi.

Jadi ingat kemarin, jumat subuh (27/2). Baru mendapati tempat duduk di gerbong lima, ketika selesai menaruh barang, langsung terasa kepala saya agak pusing. Kemudian pada teman yang kebetulan pulang bareng, saya memaki, “Jancuk, jek tas oleh longgoh wes ngelu ndasku.” Tidak jelas juga. Saya sedang memarahi diri sendiri lewat orang lain. Sudahlah.

Kemudian cara paling sederhana mengatasi rasa pusing yang agak alay itu, ya terpaksa saya harus ngajak ngobrol teman saya. Akhirnya berhasil, sedikit mengeksploitasi waktunya. Tapi memang karena mulai dari semalam kami berdua belum tidur. Jadi terpaksa di paragraf tertentu, obrolan harus saya hentikan. Tentu saja kehabisan bahan obrolan, tapi mending sebut saja kalau saya sedang memberikan ruang agar teman saya istirahat.

Maka, tibalah saat dimana saya merasa sepi. Memang, di saat tertentu, saya selalu berdebat dengan diri saya sendiri. Seperti ada dua atau tiga pikiran di dalam diri saya yang saling berlawan. Asik rasanya, tinggal tentukan saja apa topik yang harus dibahas.

Barangkali perjalanan ini akan lebih berarti kalau saya bisa tau, sebenarnya untuk apa saya melakukan perjalanan. Pulang atau pergi. Lalu, mengapa saya lakukan?

Indrian Koto dalam sajaknya mengatakan jika, kepergian adalah bentuk dari kepulangan yang lain. Apa yang sebenarnya ingin Koto sampaikan lewat kata-kata itu. Tentu saja saya tidak akan tahu. Tapi, mungkin ada yang lebih dari sebuah kepulangan. Barangkali Semacam ritual sederhana untuk sekedar menitipkan kelelahan karena kerinduan. Ya, sebuah kerinduan yang dihadirkan oleh jarak. Kemudian bertemu pada wadah yang tepat untuk menumpahkannya.

Kemudian Koto mencoba untuk meniadakan kepergian. Bahwa sesungguhnya pergi adalah pulang. Sedangkan pulang belum tentu pergi. Bahkan harusnya pulang tek pernah ada dalama kamus.

Sebagian besar kepulangan, selalu akan bertemu dengan orang-orang masa lalu yang siap menerima kita dengan hangat. Sedangkan kepergian ialah pertemuan dirimu dengan benda-benda baru yang sedikit asing.  Atau bahkan sesuatu yang tak pernah sanggup engkau ramalkan.

Sebentar.

Sebenarnya saya sedikit curiga dengan apa yang ingin Koto sampaikan. Jangan-jangan kepulangan yang sangat asing itu ialah ketika kita dijemput oleh kematian. Tentu saja jemputan dengan sangat tiba-tiba, senyap, mungkin penuh paksaan yang membuat kita hanya bisa menerima dengan pasrah. Ah, atau barangkali kecurigaan saya itu sendiri yang seharusnya bermakna sebagai kepulangan?

Sudahlah, lupakan. Saya hanya ingin sedikit bercerita sedikit tentang perjalanan yang sedikit.

Rabu, 18 Januari 2012

Combing Jogyakarta

"Bagi Dong"



"Menuju Pantai Selatan"



"Mengintip Kerajaan Modern Sultan"



"Ojek Payung"



"Bayar Nasi Kucing di Angkringan"



"Bidik Target"



"Mural Iklan Komersil"
istirat atau sibuk menanti?

valentino monkey
Habiskan Seja Sendiri


Rehat Menanggalkan Seragam