Urban Protest Against Fuel Price Hike

Planting seeds reversing the city walls

Combing Into Jogja

Spend the twilight alone

Carnaval Music Patrol XII Jember

Sabtu malam, sampai senin dini hari (28-29/07), Carnaval Music Patrol (CPM) merupakan sebentuk usaha untuk melestarikan kesenian tradisi yang mulai meredup eksistensinya karena tergeser oleh arus modernisasi. Kegiatan CMP XII ini, diselenggarakan kesekian kalinya, oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Universitas Jember (UKMK UJ).

Abrasi di Bibir Papuma

Jember (13/01) dini hari beberapa teman mencari nasi menyisir warung, mereka berjalan pelan-pelan lewat belakang warung.

Berdagang di Pasar Tradisional

Para pedagang di Pasar Tanjung Jember yang memulai aktivitasnya dini hari.

Sabtu, 03 November 2012

Makam Djemilah Birnie

Nisan makam istri pengusaha tembakau Jember, George Birnie, terletak di perbatasan Jember-Situbondo.

Jumat, 02 November 2012

Salang

Pada 3 November puluhan tahun yang lalu, ribuan masyarakat sipil terbakar dan terbunuh oleh asap beracun dalam sebuah terowongan di Afganistan. Namun rekam jejak mengenai peristiwa itu hadir dalam beragam versi yang satu dengan lainnya tak sepenuhnya lengkap. Sejarah atau penuturan mengenai masa lalu pada akhirnya serupa lamunan yang sesaat. Setiap orang boleh melamun. Namun tak semua orang mampu meyakinkan lamunannya kepada orang lain.

Ekstitensi masyarakat Afganistan memang diakui, namun pilot atas tombol-tombol penetapan kebijakan negara bukan lagi milik mereka. Seperti subjek tersial yang sengaja ditanamkan pada bagian tertentu di bumi. Mereka hidup dan berkembang di sebuah arena perang. Alasan mengapa hidup bukan lagi sebagai penonton, melainkan korban. 

Invansi Uni soviet terlalu dalam merogoh bagian terpenting dari Afganistan. Kebijakan. Lantas antitesis muncul dari golongan yang lain. Sekelompok oposisi gerakan Mujahidin. Kedua belah pihak terus menerus berkontradiksi dengan basis militernya masing-masing. Ranjau anti tank berserakan di mana-mana. Seringkali masyarakat sipil harus merelakan sanak saudaranya dibunuh oleh tentara Soviet. Hal itu kerap terjadi pasca terjadinya serangan terhadap tentara Soviet. Masyarakat sipil dihakimi di tempat, mereka dituduh membantu pemberontakan. 

Dr.H.W.Bellew, pernah mengartikan nama Afganistan yang berarti pendaki gunung. Memang satu-satunya pegunungan tertinggi di dunia terdapat di sana. Sepanjang pegunungan itu menjadi jalur utama hubungan antara utara dan selatan Afganistan. Demi kemudahan mobilisasi, pada 1960 dibangun sebuah terowongan, pegunungan itu dikeruk kira-kira dengan panjang 25 kaki dan lebar 17 kaki. Kemudian terowongan sepanjang 1,7 mil itu bernama Salang. Pembangunan dilakukan oleh seorang insinyur Soviet. Pada akhirnya Salang menjadi tulang punggung utama bagi pasokan militer yang menghubungkan Kabul dengan Republik Soviet Selatan. 

Suasana di dalam terowongan tak berbeda jauh dengan di dalam gua. Ampek. Selain pintu masuk dan keluar, tak ada tempat bagi proses sirkulasi udara. Di atas garis tengah jalan dua arah itu, lampu-lampu bewarna kuning menyala remang menempel di langit-langit. Tak semua lampu yang dipasang berderet itu menyala. Lampu mobil, menjadi jalan keluar bagi pengemudi. Namun asap knalpot dan debu tetap saja membuat pandangan mereka ke depan tak lebih dari tiga meter. Selain itu genangan air di mana-mana, mengisi penuh retakan aspal. 

Secara beriringan pasukan Soviet melakukan perjalanan panjang dari Soviet menuju Kabul. Kala itu 3 November 1982. Deretan konvoi menggunakan 30 bus terisi penuh pasukan Soviet itu melalui terowongan Salang. Sebelumnya ledakan terdengar beberapa kali. Entah apa yang tiba-tiba terjadi di dalam. Terowongan pengap udara itu dengan cepat terisi dengan kobaran api dan kepulan karbon monoksida dari mocong knalpot. Tidak jelas berapa jumlah truk, mobil, dan bus yang terjebak di dalam. Namun pada akhirnya butuh waktu lebih dari sehari untuk mengeluarkan ribuan mayat dari Salang. 

Di luar, pasukan Soviet dengan sigap merespon kejadian. Tank dalam jumlah banyak dikerahkan. Di kedua ujung terowongan, tank disiagakan. Mereka menganggap, penyebab dari apa yang terjadi di dalam terowongan adalah ulah dari para pemberontak. 

Mengingat Salang adalah meraba ulang kebenaran tentang masa lalu. Kemudian mencoba menerka tragedi besar apa yang sebenarnya telah terjadi dalam terowongan. Setelah peristiwa terjadi, Soviet dianggap terlalu pelit mengabarkan fakta. 

Telah terjadi kecelakan di dalam, rombongan truk bermuatan bahan bakar berbenturan dengan konvoi pasukan Soviet, menjadi keterangan versi Soviet. Ketika konvoi pasukan tengah melintasi terowongan, dari arah berlawanan beberapa truk bermuatan bahan bakar sedang melintasi Salang juga. Benturan terjadi antar keduanya. Sekitar 7 ratus pasukan Soviet dan 2 ribu warga sipil tewas. Di kubu yang lain, golongan Mujahidin mengklaim peristiwa itu sebagai sebuah serangan yang menuai keberhasilan. 

Beberapa tahun setelah tragedi Salang, perlahan kebencian warga sipil kepada Soviet terus berkembang. Sekitar 5 juta warga Afganistan secara massal meninggalkan kampung halaman. Pelaku eksodus itu kemudian membangun kamp-kamp pengusian di Pakistan dan Iran. Desakan dari internasional bermunculan. Dengan bantuan latihan dari Amerika Serikat, Pakistan, dan beberapa pemerintah negara asing lainnya, gerakan oposisi Mujahidin menjadi kuat. Puncaknya Soviet kehilangan 15 ribu pasukan militernya. Pada akhirnya Soviet mundur pada tahun 1989. Golongan Mujahidin berhasil menempati posisi yang ditinggalkan oleh Soviet. Di belakang mereka ada Amerika Serikat dan sekutunya.[] 





Frame of reference: 
http://www.rkabuli.20m.com/index_2.html diakses pada 3 November 2012. 
http://www.history.com/this-day-in-history/truck-explosion-kills-3000-in-afghanistan diakses pada 3 November 2012. 
http://thevelvetrocket.com/2008/05/20/salang-pass-salang-tunnel-and-the-last-battle diakses pada 3 November 2012.

Kamis, 01 November 2012

Menolak Lupa Pada Budaya Lokal

Dalam sebuah tradisi, terdapat identitas kedirian yang paling sakral. Keberadaan tradisi sendiri selalu menjadi dan mengada dalam kelompok, komunitas atau kolektivitas. 

Sabtu malam, sampai senin dini hari (28-29/07), Jember mencoba mengemas tradisi menjadi sebuah pertunjukan. Tradisi yang telah menubuh dalam kedirian Jember sendiri tersebut adalah musik patrol. Seperti yang diungkapkan dalam press release, panitia pelaksana Karnaval Musik Patrol XII (KMP XII), “Karnaval Musik Patrol merupakan sebentuk usaha untuk melestarikan kesenian tradisi yang mulai meredup eksistensinya karena tergeser oleh arus modernisasi.”

Kegiatan KMP XII ini, diselenggarakan kesekian kalinya, oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Universitas Jember (UKMK UJ). Kegiatan mengingat bersama tradisi khas Jember ini, bekerjasama dengan beberapa UKM Fakultas di UJ. Hal ini ditandai dengan meriahnya acara yang diisi oleh pertunjukan musik dari beberapa mahasiswa UKM Fakultas.

Awalnya musik patrol ini dikenal masyarakat Jember, sebagai permainan musik secara berkelompok, yang diarak menyisir jalan untuk membangunkan sahur di bulan ramadhan. Tim patrol yang menjadi peserta, berjumlah 16 kelompok diantaranya, Tourist Patrol, Putra Cempaka, Zhaller, Idola Musik Patrol, Irama Kenanga, Rebloker, Arepat, Repastra, Kantra, Putra Arsela, Ardatim, Larkam 7, Putra Bhirawa, Arekal, Tectona, dan Kharisma. Beberapa tim tersebut, memulai perjalanan dari Double Way UJ, kemudian harus menempuh rute menuju Jalan Mastrip, Jalan P.B. Soedirman, dan menyentuh garis finis di Jalan Samanhudi atau Alun-alun Kota Jember. 

Ketika sampai di garis finish, diadakan duel patrol yang berlabel ‘Patrol Carok’. Dalam duel tersebut, kelompok yang pertama menyentuh garis finis, berhenti sejenak di depan panggung, bertanding dengan urutan setelahnya, saling beradu ketangkasan memainkan musik patrol. 

Di sisi lain, nantinya di ujung kegiatan KMP XII ini, kelompok patrol akan diseleksi untuk mencari sembilan nominasi kejuaraan. Ragam nominasi tersebut adalah aransemen musik terbaik, desain artistik terbaik, best performance, aksi panggung terbaik, pemain seruling terbaik, vokal terbaik, instrumen terbaik, foto terbaik dan terfavorit. Total hadiah dari keseluruhan nominasi sebesar Rp 10 juta.[]

Carnaval Music Patrol XII Jember

Kendaraan pengangkut peralatan musik patrol dan para peserta yang sedang menunggu dimulainya acara.

Semburan api dari seorang peserta karnaval musik patrol.

The Pengkor sebuah band yang didirikan oleh Dewan Kesenian Kampus, Fakultas Sastra, Universitas Jember sedang menyemarakkan Karnaval Musik Patrol.

Seorang bapak yang mengikuti Karnaval Musik Patrol, sedang meniup seruling yang menjadi instrumen musik khas bagi tradisi ini.

Alat musik dari kayu nangka ditabuh membentuk irama, beberapa anak muda memainkan sembari menikmati.