Urban Protest Against Fuel Price Hike

Planting seeds reversing the city walls

Combing Into Jogja

Spend the twilight alone

Carnaval Music Patrol XII Jember

Sabtu malam, sampai senin dini hari (28-29/07), Carnaval Music Patrol (CPM) merupakan sebentuk usaha untuk melestarikan kesenian tradisi yang mulai meredup eksistensinya karena tergeser oleh arus modernisasi. Kegiatan CMP XII ini, diselenggarakan kesekian kalinya, oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Universitas Jember (UKMK UJ).

Abrasi di Bibir Papuma

Jember (13/01) dini hari beberapa teman mencari nasi menyisir warung, mereka berjalan pelan-pelan lewat belakang warung.

Berdagang di Pasar Tradisional

Para pedagang di Pasar Tanjung Jember yang memulai aktivitasnya dini hari.

Kamis, 14 Juli 2011

Pertanyaan dan Kerendahan Jiwa

Saya tahu bahwa saya tidak tahu”
(Socrates)


    Sosok berbadan gemuk dan kumuh itu terus mengejar lawan bicaranya dengan serangkaian pertanyaan. Dia adalah Socrates. Entahlah betapa geramnya jika saya harus memposisikan diri sebagai lawan bicaranya. Mungkin yang akan saya lakukan ialah secepatnya balik ke kamar kost dan kembali dengan topik pembicaraan yang telah matang. Tentu saja beserta berbagai jawaban dari segala kemungkinan yang akan dia tanyakan. Akan tetapi saya akan segera menyadari jika dia sedang tidak memposisikan diri sebagai tuhan. Dalam artian segala pembicaraan yang dia sampaikan kepadaku tidak beratribut kebenaran yang bersifat absolut (kebenaran final tanpa sanggahan). Dia tidak sedang merendamku dalam genangan doktrinnya, melainkan merangkulku untuk ikut serta berpikir bersama. Dari sanalah muncul sebuah keberanian untuk berpikir.


    Jika ide adalah sebuah bayi, maka socrates selalu berusaha membantu proses kelahiran bayi masyarakat sekitarnya. Dan sebuah jawaban takkan berdiam diri di garis final dalam rentang waktu yang terlalu lama. Sebagaimana Socrates yang selalu menganggap segala kebenaran tentang semesta tak lebih dari sekedar asumsi sementara. Mengenai hal ini teman saya pernah mengatakan, “Bagaimana jika sebuah pertanyaan adalah jawaban dari pertanyaan itu sendiri?”. Tiba-tiba temanku mengajak berolahraga otak. Tentu saja sebuah kalimat dari temanku itu segera membuat pagi hari itu semakin buta.


    Betapa kagetnya jika seandainya kamu mendapat jawaban yang bertanya. Tak jauh dari hal ini, Socrates pun selalu mengawali diskusinya dengan sebuah pertanyaan. Semisal tanpa aba-aba dia berkata, “Apa itu kebijaksanaan” atau “apa itu keadilan”. Lantas ketika kamu selesai menjawab, maka segeralah muncul pertanyaan baru begitu seterusnya. Setelah ludah berubah menjadi busa tebal karena dialog terus berjalan menabrak-nabrak tanpa henti. Disanalah para peserta olahraga intelektual itu memahami jika mereka tak sepenuhnya mengetahui kebenaran yang sejati.


    Socrates selalu meragukan segala hal selain keraguan itu sendiri. Disamping ajakan untuk selalu meletakkan keraguan di gardu terdepan itu. Dia selalu berusaha merendahkan dirinya sendiri. Tentu saja demi sebuah kebijaksanaan dalam usahanya melacak sebuah kebenaran. Pantas saja jika Oracle Delphi mengatakan bahwa orang yang paling bijaksana ialah Socrates. Hal tersebut karena Socrates selalu menganggap dirinya sebagai orang terbodoh di antara seluruh manusia. Karena baginya pengetahuan lahir dari upaya mengoreksi sebuah asumsi kemudian menyanggah asumsi tersebut dengan bertanya. Lantas apakah sesuatu yang patut dikatakan sebagai pengetahuan ialah jawaban yang bertanya?