Sabtu, 23 April 2011

Pertemuan Akhir Senja

ketika langit telanjang malam itu
di atas setengah lingkarannya kita duduk berdua
aku membelai irama potongan pasir sutra
dalam nyanyianmu tentang lagu edelwis senja

"kasih, mengapa kau sulut lagu remang ini
di tengah kegelapan malam"
aku bertanya padamu

"kau tau mengapa edelwis hanya ada di puncak gunung?"
kau menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan baru

"bukankah keabadian selalu bernama harapan?"
aku pun menjawabnya dengan pertanyaan lainnya

"lantas mengapa edelwis selalu berlumur senja?"
dari adamu lahir pertanyaan baru lagi

"entahlah, dendam seperti apa yang
dianut oleh senja pada sang edelwis"
akupun menjawab dengan pertanyaan yang bertanya

"tapi, bisakah edelwis hidup tanpa gunung?"
jawabmu dari pertanyaan yang bertanya tanya


seketika percakapan selanjutnya sirna
setelah sang mentari datang untuk membakar mereka
kini mereka melepuh dalam gumpalan abu yang hijau





09022011
dari awan hitam, wakilkan bulan yang hilang untuk FS










dimuat Buletin Sastra Pawon Solo Edisi Puisi...



Like Us On Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan share di sini