Kamis, 01 November 2012

Puisi Saya Di Media Seputar Indonesia

Yang Telah Lalu

dalam kepala ini seperti ada yang selalu berdering
ada ruang entah yang kerap memanggil dirimu
mengais-ngais sisa-sisa kenangan


kenangan itu berangkat dari hening
kembali pula pada yang hening
mendadak menyergap dalam hening
kita tak akan tau kapan dia datang,
menghampiri diri,
mengepung akal sehat
bahkan aku tak pernah tau
sebenarnya kau bersembunyi di bilik yang mana
terselip dalam lembaran pikiran ke berapa
sebelumnya,
kita sama-sama menyadari
jika hidup adalah bagaimana cara untuk menanam kenangan
menyoal kerangka cara,
yang dihimpun dari tapak-tapak kecil
mereka yang telah lalu akan terhimpun dalam kesatuan keindahan
pecahan-pecahan momentum estetis









Secangkir Kopi Pematang Pikiran
di perbatasan hari kita berkumpul
secangkir kopi yang kita pesan semalam di dalam mimpi,
kini tergeletak di depan masing-masing dari kita
jangan biarkan dia terkulai sampai dingin
mari menikmati tetes demi tetes sembari kita bertukar cerita
bertukar tentang coretan masa yang telah lalu
kemudian bersama-sama meramal masa depan
hari ini akan menjadi masa lalu
seperti secangkir kopi yang sedang berkhayal di pematang pikiran
dia akan mewariskan endapan
menisankan tanda
esok jika kita tersesat,
dia adalah kompas
yang menunjukkan
yang mengingatkan
bahwa kita pernah gelisah dan tertawa bersama









Angin
hidungku sakit sekali
subuh tadi ada yang menabrak dengan keras
entah dia hewan atau tumbuhan
atau bahkan mahkluk yang hadir dalam ketiadaan
setelah menabrak,
dia meminta maaf padaku
katanya dia sedang terjatuh karena sayapnya patah
kemudian tubuhnya terpelanting
lalu menabrak hidungku
setelah itu dia mengajakku berkenalan
dia adalah angin
angin yang sebelah sayapnya patah


Rahasia dalam Mata
pagi tadi aku melihat kedua bola matanya
keduanya mengembun
bolehkan kita bertukar mata,
agar aku dapat melihat diriku sendiri dengan mataku
agar kau dapat melihat dirimu sendiri dengan matamu
mari berbagi mata
mari berbagi peti beku
agar aku dapat melihat diriku sendiri dari caramu memandang diriku
agar kau dapat melihat dirimu sendiri dari caraku memandangmu
mari berbagi tatapan
berbagi pesan yang selalu sulit untuk dilafalkan
bola mata adalah rekaman rahasia
mari redamkan gelisah dalam rahasia itu




Mengakar
wahai lelaki yang dipinang dini hari
tenunlah sayapmu perlahan
susun baris demi baris dengan teliti
suatu hari nanti,
jangan terbang dengan sayap yang kau buat sendiri
berikan sayap itu pada mereka yang siap berlabuh dalam gaduh
karena kau tak perlu terbang untuk menggapai sesuatu
belajarlah bahasa batu,
bahasa tanah,
bahasa bumi
jadilah akar bagi pohon yang pantang tumbang
Puisi-puisi yang dimuat oleh Media Seputar Indonesia pada MINGGU 23 SEPTEMBER 2012.

2 komentar:

Silahkan share di sini