Rabu, 11 April 2018

Bisnis 'Heroin Elektrik' Mobile Legends

Ada bisnis legit di tiap lapis olahraga virtual e-Sports.

Revolusi digital memindai gaya hidup orang Indonesia. Gim online berbasis ponsel seperti Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) merangsek pelbagai ruang. Anda jadi lebih sering melihat orang-orang bermain gim di warung-warung, kantor, hingga sekolahan. Mereka lebih terobsesi main gim daripada ngobrol, makan, atau tidur. 

“Dulu waktu saya ngejar top global rank itu main gim 20 jam sehari,” ungkap Afrindo Valentino, 22 tahun, kepada reporter Tirto. Hasilnya, ia menjadi pemain terbaik di musik ke-7 di seluruh negara yang jadi persebaran MLBB. 

Afrindo adalah kapten tim NXL yang berinisial “G”, yang awal April lalu menyabet juara pertama Mobile Professional League (MPL). 

Di Indonesia, e-Sports atau olahraga virtual berkembang pesat. Ada lebih dari 9,5 juta penggemar e-Sports, di antaranya 2,8 juta tinggal di Vietnam dan 2 juta di Indonesia. Olahraga ini minim risiko cedera dan tak perlu otot besi. Tapi, sebagaimana olahraga dengan pemain lebih dari satu orang, ia membutuhkan kerja sama tim, strategi, kecepatan berpikir, dan yang menjadi pembedanya: jari yang gesit. 

Berdasarkan riset Newzoo, antara 2014 hingga 2016, audiens e-Sports tumbuhsebanyak 43 persen dari 204 juta menjadi 292 juta. Proyeksi pada 2019, audiens ini akan melebihi 427 juta. Industri e-Sports dalam dua tahun ini juga meningkat dari 194 juta dolar AS menjadi 463 juta dolar AS. Diperkirakan, tahun tahun 2020 bakal mencapai keuntungan sekitar 1,5 miliar dolar AS. 

Penelitian Newzoo menunjukkan Asia Tenggara adalah kawasan industri e-Sports dengan pertumbuhan tercepat. Lebih dari setengah penggemar paling bersemangat olahraga virtual ini ada di kawasan Asia Pasifik. Angka ini dilaporkan akan berlipat ganda pada 2019. Rencananya, e-Sports akan menjadi olahraga resmi pada Asian Games 2022 yang akan dihelat di Hangzhou, Tiongkok. 


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan share di sini