Minggu, 08 Mei 2011

fiksi mini yang agak panjang dikit

ini

judul

Nya







aku lainnya bertanya padaku, "mengapa ketika hujan deras siang tadi, matahari tak segera menjadi arang karenanya?".. sambil menyulut ketidakmungkinan aku menjawab sekenanya, "seandainya ramalan tentang kemarahan besar tuhan itu terjadi, sebesar apapun ombak tangis penghuni segala semesta, tak akan sanggup memadamkan api amarahnya.."



"oh, berarti matahari itu egois dan otoriter banget ya", ujar aku yang lainya sambil tak sadarkan diri jika ia telah menyandera kebenaran universal..



"yah, jika dirimu adalah mata yang jarang sekali tertangkap basah ketika berbohong. atau kau yang tibatiba menjelma serupa lintah, sungguh rumit merumuskan alat pengukur kerataan tanah bagi hewan sepertimu. dalam waktu yang tak lama kau pasti melakukan ritual bunuh diri", aku menjemputnya dalam mimpi sambil mengantarkan kata tersebut.



kemudian aku yang lainya pecah layaknya tembok berlin yang tibatiba tertampar ludah canon. seketika masing-masing pecahan reruntuhan itu membentuk aku yang lainya. mereka membiak. merimba.



aku menghela nafas panjang, mengisi udara sebanyak-banyaknya pada rongga jiwaku. hingga tak ada sudut sekecil apapun yang mampu digenangi keresahan. tentu saja sembari menertibkan brigade mental, sebelum bermesum ria dengan jutaan pertanyaan yang akan mereka ajukan..

***




bersambung, , , , , , ,


(NB:dengan syarat ada yang mau nyambung...)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan share di sini