Selasa, 31 Agustus 2010

Sang Terminal kultural

Anak sekret sebelah menjuluki sang master puisi , sekret sebelahnya lagi sering menghadiahkan panggilan sang veteran, bahkan beberapa oknum persma membaptisnya sebagai “tuhan”. Dengan goresan senyum yang tak bernominal makna aku ingin memanggilnya dengan sebutan bapak. Seorang mahluk aneh yang rela mengunyah kegelisahan si pasien. Rela memecah waktu menjadi mozaik yang dengan mudah kami ambil.

Bukan hanya menjadi sampah tempat berkoloninya segala curahan jiwa, tapi lebih dari itu dia sangat mahir mendaur ulang curhatan dengan mempersembahkan output berupa titik rekomendasi. Dari berbagai macam sisi dia berupaya mengintip sebuah masalah hanya untuk sekedar menawarkan rambu-rambu yang menjadikan masalah itu bisa dengan mudah kami lalui.

Beberapa ucapan mirip sautan kicau burung pernah berkata tentang deadline DO akan diputuskan ketika mahasiswa berproses selama lebih dari tujuh taun. Tapi si “Ayah” justru memanfaatkan dan malah menjadikan waktu senggang itu untuk “aku” dan “aku yang lainya”.

Dia seolah melompat dari mitos yang mengatakan Mahasiswa selayaknya lulus dalam jangka waktu empat tahun. Aneh, mungkin dia manusia yang mempunyai lebih dari satu hati, Puluhan atau mungkin ratusan (lebay) . usaha untuk melawan arus tentang stereotip mahasiswa abadi, menjadi mahasiswa yang peka terhadap permasalahan di sekitarnya. Walaupun dia tak pernah dinobatkan oleh publik menjadi manusia spesial, setidaknya dia patut mengkantongi mahkota “special one” dariku.

Berbagai macam jenis pasien yang melabuhkan masalah pribadi ataupun lembaga padanya. Hampir semua mahluk yang menggenang di UKM Fakultas Sastra pernah menukarkan masalah padanya. “WOW”.. kata itu pasti akan menjadi refleksitas ketika membaca tulisan ini.

Beberapa ide yang dia transfer padaku hampir menjadi tumpukan yang mengunung. walaupun menjadi sebuah ide tanpa identitas ketika masuk dalam area forum.

Aku yakin tak pernah terbesit dibenaknya untuk menjahili lembaga yang pernah mengeluh padanya. Justru dia menjadi titik balik ritual jahil itu. Hal ini dikarenakan bebarapa lembaga yang membaptisnya menjadikanya terminal tempat bercumbunya masalah A, B, dan seterusnya. dalam aroma kultural dia berupaya mengikat persaudaraan antar lembaga. Akar yang perlahan tumbuh melingkar dan membentuk suatu ikatan kerap kali menjadi rutinitasnya.

Siapakah mahluk aneh ini? Jangan kuatir, cukup dengan modal usaha untuk mampir di komplek UKM Fakultas Sastra dengan mudah kamu akan menemui sosok ini. Juru kunci dan tempat penitipan beberapa sekret yang mekangkang di komplek itu. Datanglah dan rasakan kehadiranya lewat tafsiran subyektif dari tulisan ini.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan share di sini